ketika sebuah peristiwa dalam hidup ini kita alami, jangan lewatkan begitu saja. tulis, dan jadikanlah kenangan. jadikan sebuah kisah sebagai pelajaran, pengalaman, kenangan, bahkan hiburan. hiduplah untuk berkarya
Rabu, 16 Januari 2013
SELINGAN ada yang mau tau??
Hobi Saya
Soal hobi, aku sendiri kurang tau hobiku yang sebenarnya itu apa. karena, hobiku itu bisa berubah-ubah sewaktu-waktu. mungkin bener kali ya, kalau orang bergolongan darah AB itu maoody-an ? ya... kayak aku ini. hehe. tapi, untuk hobi yang sering aku tuliskan di angket, atau semacamnya, itu hobiku adalah.. membaca. :D dan.. boleh kan kalau aku bilang, hobiku menuliuk bacaas? kalian bisa liat buktinya di postingan Blog-ku ini.. hihi iya kan? yah.. lumayan lah, untuk bacaan ringan.
Cita-cita ku bikin grup ini adalah meningkatkan minat baca para generasi muda Indonesia. hehe, jadi bagi yang mau baca blogku ini, pasti mereka jadi ikutan hobi baca deh. aku pasti postingin Cerpen-Cerpen, Short Story aku yang paling asyik buat kalian. so, Let's enjoy! and jangan malas buat baca ya.. :)
Soal hobi, aku sendiri kurang tau hobiku yang sebenarnya itu apa. karena, hobiku itu bisa berubah-ubah sewaktu-waktu. mungkin bener kali ya, kalau orang bergolongan darah AB itu maoody-an ? ya... kayak aku ini. hehe. tapi, untuk hobi yang sering aku tuliskan di angket, atau semacamnya, itu hobiku adalah.. membaca. :D dan.. boleh kan kalau aku bilang, hobiku menuliuk bacaas? kalian bisa liat buktinya di postingan Blog-ku ini.. hihi iya kan? yah.. lumayan lah, untuk bacaan ringan.
Cita-cita ku bikin grup ini adalah meningkatkan minat baca para generasi muda Indonesia. hehe, jadi bagi yang mau baca blogku ini, pasti mereka jadi ikutan hobi baca deh. aku pasti postingin Cerpen-Cerpen, Short Story aku yang paling asyik buat kalian. so, Let's enjoy! and jangan malas buat baca ya.. :)
Cerpen Romance
First Love dag, dig, dug, duerr!
Ayuta Puspa Citra
Zuama
‘ Ping!’ bunyi yang sudah sangat akrab terdengar
akhir-akhir ini. Ponsel Nia memang sering sekali terdengar semenjak liburan
musim panas ini dimulai. Dan, setelah terdengar bunyi ini, selalu senyum Nia
terbit dengan otomatis. “ Siapa sih ? “ Mata Bang Enggar iseng melirik ponsel
Nia yang Nia pegang dengan erat.
“ Ih rahasia dong! “ Celetuk Nia sambil menjauhkan
ponselnya dari mata tajam abangnya itu tanpa menoleh sedikitpun.
“ Wah.. dari pacar lu ya Ni? “ Sahut Bang Deni yang baru
saja keluar dari kamarnya dengan nada menggoda.
“ Eh.. enggak kok. Cuma temen Bang! “ Jawab Nia dengan
cepat.
“ Ih temen apa temen? Kok mukanya merah nih ciyee... “
goda Bang Enggar. Nia tak tahan lagi, ia kemudian berlalu ke kamarnya, tanpa
mengucapkan sepatah katapun. Dan, tentunya, tanpa menghiraukan godaan dari
kedua abangnya yang mereka lontarkan terus menerus sampai akhirnya mereka tak
dapat melihat Nia lagi yang sudah menutup pintu kamarnya.
Sebenarnya, Nia bukanlah tipikal orang yang senang
menyimpan rahasia. Apalagi, kepada abang-abangnya yang selama ini sudah sangat
akrab dengannya. Yaah.. secara lah. Mereka kan saudara. Apalagi, selisih umur
abang nomor duanya dengan Nia cukup dekat. Jadi, yah obrolan mereka nyambung
lah. Tapi, untuk masalah kali ini lain. Nia tak mungkin menceritakannya kepada
Bang Deni, maupun Bang Enggar. Ini, Masalah CINTA.
***
“ hem.. “ Nia membaca kalimat demi kalimat dari seseorang
yang tiaphari ia ajak Chatting. Orang ini sangat spesial untuknya. Entah pagi,
siang, sore, bahkan malam sekalipun. Mata Nia tak pernah lepas dari layar
ponsel atau PC di kamarnya. ‘ kriing.... ‘ telepon berdering. Sampai dering
yang keempat, tak ada satupun orang dirumah itu yang mengangkatnya. “ Ah pada
sibuk semua ya? “ Gumam Nia sebelum akhirnya dia memutuskan untuk mengangkatnya
dari Telepon didalam kamarnya. Telepon dirumah Nia memang di paralel kan.
Sehingga, semua bisa ikut mengangkat telepon dari telepon manapun yang berada
dirumah itu.
“ Ya? Halo.. “ Sapa Nia setelah meletakkan gagang telepon
berwarna merah muda di telinga kanannya. “ Halo.. Nia? “ tanya suara
diseberang. “ Iya. Ini siapa ya? “ tanya Nia balik. “ hem.. gue Ninda.. “ jawab
suara tadi. “ wah Nin! Kebetulan, gue mau cerita. O ya, tapi jangan lewat
telepon deh. jalan yuk! “ celoteh Nia dengan semangat ketika mengetahui orang
yang berada diseberang telepon itu adalah sahabatnya.
“ hem.. oke deh. gue juga mau cerita nih ke elo. Sekalian
aja. Eh tapi kita jalan kemana nih? “ tanya Ninda. “ kita ketemuan di Cafe biasa ya.. jam 1.
Oke?” usul Nia. “ Oh sip deh Ni.. “ jawab Ninda dengan logat nya yang khas
ditelinga Nia. Nia bisa membayangkan ekspresi seperti apa yang sedang dipraktikkan sahabatnya itu.
***
“ hem.... Ah itu dia si Ninda! “ gumam Nia yang kini
sudah berada di pintu kafe berwarna unik yang biasa ia datangi. Nia menemukan
Ninda sedang duduk menunggu, di meja dekat jendela favorit mereka. “ Hey Ni! “
seru Ninda yang melihat Nia berlari menghampirinya.
“ Hey.. ada apa? “ Nia memulai obrolan sambil meletakkan
pantatnya dikursi empuk tepat berhadapan dengan Ninda.
“ Wah.. gini nih Ni, hem.. gimana ya... mulai dari mana
nih ceritanya? “ wajah Ninda sampai merah padam saat ia berbicara. Sebenarnya,
Nia sudah bisa menebak topik apa yang sahabatnya ingin bicarakan. Tapi, Nia tak
mau memperlihatkan wajah tak tertariknya sebelum sahabatnya menyelesaikan
kalimatnya. Nia berpikir, pasti masalah cinta. Dan dia tak pernah tertarik
dengan kisah percintaan Ninda. Entah kenapa, tapi memang sedikit membosankan
dan kurang bisa dipercaya. Nia selalu berpikir bahwa sahabatnya ini tak pernah
serius menjalani sebuah hubungan. Buktinya, umur pacaran saja paling lama Cuma
1 bulan. Dan sahabatnya ini tak pernah sedikitpun kesulitan dalam ‘Mup on’
ataupun dalam mendapatkan pacar barunya. Nia ingat sekali, beberapa hari yang
lalu Ninda bercerita bahwa ia baru saja putus dari Angga.’ Ah.. mungkin cowok baru lagi..’pikir Nia.
“ Oh.. Oke, kalo lo nggak bisa cerita duluan, mending gue
deh yang duluan. Oke? “ Ujar Nia. “ oh, oke.. lo duluan nggak masalah kok. “
Ninda mempersilahkan.
“ hem.. akhir-akhir ini, gue seneng.. banget Nin! Gue
ketemu temen lama gue yang ternyata sampe sekarang juga masih jomblo! “ cerita
Nia menggebu-gebu.
“ Oh ya? Siapa? Terus? Lo sama dia.. PeDeKaTe gitu? “
tebak Ninda dengan antusiaz. “ Exactly! Iya... bisa dibilang semacam itu lah..
apa coba namanya kalau bukan pdkt. Dia tiap hari nge chat gue Nin.. “ Nia
semakin bersemangat.
“Emang temen lama lo yang siapa sih Ni? “ tanya Ninda
memicingkan matanya.
“ hem.. itu lho yang dari dulu gue suka.. gebetan gue
Nin! Gebetan dari kecil! “
“si... Fahri? Wah.. gimana tuh awalnya? Cerita.. ayo
ceritain Ni!” Ninda tak kalah bersemangat. Ia mendekatkan kursinya ke meja
sampai-sampai wajahnya Cuma berjarak 3 centi dengan wajah Nia.
“ iya! hem.. jadi.. gini..” Nia memulai ceritanya. Ia
bercerita bahwa awalnya sebenarnya ia tak sengaja menanyakan kabar tentang
teman lamanya itu kepada teman SMPnya dulu. Yang sekarang ternyata satu sekolah
dengan teman lama Nia itu. Iya. Satu SMA dengan Fahri. Tak disangka, teman satu
SMP Nia ini dapat membaca isi pikiran Nia. Ia bisa menebak bahwa Nia telah lama
naksir Fahri. Kebetulan, Fahri dengan teman SMP Nia itu bersahabat. Wah..
sehari setelahnya juga, Fahri mulai mendekati si Nia. Bisa ditebak kan? Mungkin
saja teman satu SMPnya Nia itu mengatakan kepada Fahri, bahwa Nia naksir berat
dengannya. Dan.. Fahri yang penasaran kemudian mencari info sebanyak-banyaknya
tentang Nia dalam misi pdkt nya. Dengan cara mengirim friend request di akun
facebook Nia, memfollow twitter Nia, sampai mencari tau ,dan meng-invite pin bb
Nia. Nah mulai dari hari dimana Nia meng-accept semua request dari Fahri, saat
itu pula Fahri mulai mengajak Chatting Nia. Dan itu berlangsung hampir setiap
hari, dari pagi hingga malam. Nia sampai
hampir mematahkan sumpit yang ia pegang ketika menceritakan hal ini kepada
Ninda.
“ Wah beruntung banget lo Ni! Pangeran impian lo berada
di depan mata! “ goda Ninda dengan mulut penuh spagethi dan sumpit teracung
acung ke atas. Nia malah tampak senang setiap Ninda menggodanya. Sepertinya,
Nia memang sudah terbius virus CINTA.. yang bisa dibilang, cinta pertamanya.
Karena, Nia sudah mengenal Fahri sejak kecil. Mereka dulu bertetangga. Tapi,
sayangnya Nia harus pindah karena rumahnya dulu hanya rumah kontrakan. Dan ia
harus pindah kerumah yang baru ayahnya beli.
“ Nah.. tentang cerita lo, gimana Nin? “ sekarang Nia
menanyakan apa yang akan sahabatnya ceritakan dengan raut yang terlihat
tertarik untuk membicarakannya. Berbeda jauh dengan wajahnya yang ia pasang
tadi. Wajahnya tadi, benar benar terkesan ‘eneg’ dengan cerita-kisah cinta
Ninda. Tapi sekarang, berbeda 180.. hem.. 360 derajat!
***
‘Ping!’.. ‘Ping!’.. ‘Ping!’.. bunyi Ponsel Nia memecah pagi yang hening.
Tak biasanya ponselnya berbunyi sepagi ini. Dan tak biasanya juga, ponselnya
itu berbunyi lebih dari lima kali tanpa mendapat respon berarti dari
pemiliknya. Jam masih menunjukkan pukul 4 pagi. Nia masih larut dalam mimpinya.
Ia hanya merespon ponselnya itu dengan sepatah dua patah kata yang mungkin
keluar tanpa sadar dari mulutnya. “ siapa? “, “ hem? “, “ eh..”, “ ya?”, dan
“kenapa?”. Masing masing Nia ucapkan dengan samar-samar sambil mengayunkan
tangannya kearah ponselnya. Namun, belum sampai memegang, sepertinya Nia sudah
lupa bahwa baru saja ponselnya itu berbunyi, dan ia sedang akan mengambil,
untuk mengeceknya. Benar-benar malang nasib ponsel itu.
“ WA! Sebanyak ini?!” teriak Nia sangat memekakkan
telinga. Bahkan mungkin Ayam di depan rumahnya telah mendapati bulu-bulunya
berdiri saat itu juga. “ yaampun.. dia mengirim sebanyak ini pagi-pagi? Jam 4?
Aduh.. aku jelas belum bangun lah.. “ Nia menyesal sambil menepuk jidatnya berkali-kali.
Seakan-akan dia ingin memarahi dirinya sendiri. ‘ kenapa sebanyak ini.. aku tak juga bangun?! Kenapa, aku bisa sebodoh
ini?! Aduh! Mungkin saja yang ia ingin obrolkan itu penting! Aduh.. bagaimana
ini?! ‘ seperti itulah ia memaki
dirinya sendiri berulang-ulang.
Sebenarnya, Nia bangun juga tak berselisih lama dengan
pesan trakhir dari seseorang yang Nia sebut, ‘ dia ‘. Bisa ditebakkan
siapa itu? Ya. Fahri. Hanya seling setengah jam saja. Namun, yang membuat Nia
tak bisa berhenti memaki dirinya adalah, ketika Fahri tak kunjung membalas
pesan yang Nia kirim. ‘ mungkinkah dia
mau membalas ku? Ah.. ayolah.. aku masih tidur. ‘ pikir Nia yang masih cemas menunggu balasan. Ia
remas-remas ponselnya. Ia merasa sangat menyesal. Tampaknya Fahri sedang tidak
bersama ponselnya. Nia pun pasrah dan memilih untuk menunggu balasan dari Fahri
sambil menjalankan aktivitasnya. Ia tinggalkan kamarnya, dan segera bergegas ke
kamar mandi.
***
“ APAAN NIH?! CIYEE... NIA! “ teriak Bang Enggar. Kontan,
Nia yang sedang berada dikamar mandipun secepat mungkin keluar. Didapatinya,
abang nomor duanya itu tengah memegang ponselnya yang tadi dengan ceroboh Nia
tinggalkan diatas meja makan. Tapi, walaupun ia tinggalkan, Nia sudah
memikirkan kalau abang-abangnya akan membuka ponselnya. Nia berpikir-pikir apa
yang membuat Abangnya berteriak histeris seperti itu. Menurutnya, isi ponselnya
tak ada yang mencurigakan. Ya.. maksudnya mencurigakan, adalah tidak ada yang
spesial. Tidak ada semacam SMS, atau BBM yang datang dari teman laki-lakinya
yang spesial. Yang kalimatnya menyinggung tentang CINTA.
“ Apa sih Bang? Heboh banget.. “ Nia tak panik
menghampiri abangnya yang sekarang semakin melongo.
“ hem.. jadi, kamu belum baca Ni? “ goda Bang Enggar yang
telah mendapatkan kesadarannya lagi.
“ Apaan sih?” Nia penasaran. Ia rebut ponselnya dan
langsung membukanya. ‘ Ah! Jadi ada BM
masuk?, tapi.. dari siapa?! Siapa yang sampai memunculkan ekspresi menggoda
abangnya yang satu itu?!’ pikir Nia ketika melihat lampu yang masih
menyala-nyala walaupun pesannya itu sudah dibuka oleh abangnya. Selama belum
keluar, lampu itu belum akan mati.
“ siapa tuh Ni? Fahri.. Fahri siapa hayo? “ goda bang
Enggar ketika Nia selesai membaca pesan itu. Bang Enggar melihat, muka Nia
merah padam. Nia akhirnya memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa, dan
langsung berlari kekamarnya.
***
‘
Ya tuhan... pantas saja Bang enggar seheboh itu!.. Fahri.. apa yang lo lakuin?
Kenapa lo nembak gue disaat yang kuran tepat kayak gini sih? Aduh.. mati gue
kalau bang Enggar ngadu ke Mama.. ‘ batin Nia yang kini tampak gelisah. Bukannya ia tak suka Fahri menyatakan
cintanya. Karena, itu memang hal yan Nia tunggu-tunggu. Hanya saja, Nia takut
karena selama ini ia belum pernah berpacaran, dan Mama, Papa, bang Enggar, dan
Bang Deni belum pernah menampakkan ekspresinya bila mereka tau kalau Nia
berpacaran. Walaupun sebenarnya ia tak pernah dilarang untuk berpacaran.. tapi,
Nia sedikit bergidik membayangkan ekspresi Mama-Papanya bila mereka tau nanti.
Sementara itu, BBM Nia terus berbunyi. Fahri terus
mengirimkan pesan. Baru kali ini, Nia merasa pesan dari Fahri itu tidak
penting. Ia masih bingung harus ngomong apa sama Fahri. Walaupun, tak bisa
dipungkiri.. Nia sangat senang bukan main. Tapi disamping itu, ia juga takut
bukan main. Bunyi ponselnya itu semakin menjadi-jadi. Hampir tiap setengah
menit berbunyi. Nia pun lama-lam risih mendengarnya.tepat pada pesan ke sepuluh
yang masuk, akhirnya Nia mau menengok ponselnya itu.
Benar saja, semua pesan itu dari Fahri. “ Ni, gue cinta
sama lo. “, “ Ni, Mau nggak lo jadian ama gue? “, dua kalimat ini, masing
masing Fahri kirim 4 kali. Sehingga sudah ada delapan pesan, sedangkan, dua
pesa lainnya, “ Bales dong Ni.. gue butuh jawaban dari lo. “ dan, “ kalo lo
emang nggak mau, nggak papa kok. Tapi tolong dijawab Ni.. “ Nia pun merasa iba
dan berfikir bahwa dirinya jahat jika tidak membalas pesan dari Fahri itu.
Segera ia ketik dan tekan tombol send. Nia menulis, “ lu kesambet ya ri? “
dengan akhiran emott confused. Nia berusaha membuat kesan bahwa ia baru saja
meninggalkan ponselnya, dan tidak terlalu percaya dengan yang Fahri katakan.
Tak perlu menunggu lama, ‘ PING! ‘ bunyi ponselnya kali
ini seakan lebih keras dari biasanya. “ enggak, gue serius Ni.. gue serius! “
begitu isi pesan yang dikirimkan Fahri. Nia tersenyum sendiri. Ia bayangkan
wajah Fahri yang lucu ketika ia serius. Sebuah ide jahil terlintas dikepala
Nia. Ia berusaha membuat Fahri sedikit bersusah payah untuk membuktikannya. Ia
kirimkan pesan, “ O, YA? Buktinya apa? “ dengan akhiran emott menggoda.
“ Oke, lu Minta apapun gue turutin sampe lo percaya kalau
gue nggak main-main.” Ketika membaca pesan ini, Nia malah tertawa
terbahak-bahak. Ia merasa sangat jahat membuat Fahri lebih serius. Sejak dulu,
ketika mereka bertetangga, Nia tak pernah bisa menahan tawanya ketika melihat
wajah Fahri ketika ia serius. Ide iseng lainnya muncul lagi, “ Oke, coba lo
foto muka lo, terus lo kirim deh. dari situ, gue bisa tau kalau lo serius apa
enggak. “ segera Nia kirimkan pesan itu.
Ponsel Nia berbunyi agak lama. Mungkin Fahri dandan dulu.
Pikir Nia. Saat ponselnya berbunyi, Nia sangat bersemangat untuk segera membuka
pesan yang berisi foto dari Fahri. Matany berbinar. Nia terpingkal-pingkal
ketika Foto Fahri yang diambil secara ‘close up’ itu berhasil tertangkap oleh
kedua matanya. Foto itu diikuti sebuah pesan dari Fahri. “ gimana? Lo dah yakin
kan kalau gue emang serius Ni? “ Nia tak sabar untuk membalas pesan tersebut
dengan pesannya. Ia tulis, “ AH! Lu nggak berubah ya ri! Lu sama kayak dulu. HaHaHa.
Wajah serius lu itu khas banget! “ Nia masih memandangi foto Fahri sampai
terdengar pesan selanjutnya masuk.
“ Hehe. Gimana Ni.. tapi, gue tambah ganteng kan? “ bunyi
pesan dari Fahri yang diakhiri dengan emott cool. “ Ih Pede lu!” Nia reflek
mengetik dengan cepat, dan langsung mengirimnya. ‘Tapi.. boleh juga sih. Emang Fahri tambah ganteng.’ Batin Nia
mengakui. Pipinya merona. Dan pikirannya melayang membayangkan wajah Fahri
bertahun-tahun yang lalu. Terakhir, mereka bertemu sewaktu mereka masih kelas 1
SD.
Lamunan Nia buyar saat membaca pesan selanjutnya yang
Fahri kirimkan. Fahri menanyakan jawaban Nia menganai pertanyaan pertamanya
tadi. Nia kembali membayangkan apa yang harus ia katakan jika orang tua-nya tau
bahwa ia berpacaran. Nia bingung harus membalas apa. Di satu sisi, tentu ia
sangat senang dan gembira bahawa cintanya ternyata tidak bertepuk sebelah
tangan. Tapi, disisi lain, ia sangat mengkhawatirkan reaksi orang tuanya. Nia
pun memutuskan untuk membicarakan masalahnya ini kepada sahabatnya. Ya. Ninda!
***
Segera ia raih gagang telepon bersarungkan helo kitty
yang ditaruh diatas meja belajarnya. Nia menekan nomor Ninda dengan cepat.
Segera setelah berhasil tersambungkan danterdengar suara disebrang, Nia memulai
pembicaraan. Kebetulan, yang mengangkat teleponnya itu Ninda langsung. “ Nin!
Gimana nih.. gue bingung banget! Kita ketemu ya.. “ suara Nia sedikit bergetar.
“ Iya. Boleh deh. di kafe biasa kan? “ Ninda memastikan.
“ Iya. Sekarang ya Nin, cepet. “ Nia mengatakan kalimat
itu dan langsung menaruh gagang telepon itu ke tempatnya tanpa menunggu balasan
suara Ninda. Nia dengan cepat menyaut tas dan jaketnya, dan langsung menuju
keluar. Di keluarkannya sepeda warna pink imut dari garasi. Dan langsung ia
kayuh secepat mungkin.
“ hey Ni! Ada apa? “ Ninda yang samapai terlebih dahulu
menanyakan maksud Nia mengajaknya ke kafe pagi-pagi begini. Nia dengan nafas
memburu langsung menceritakan apa yang pagi ini terjadi kepada sahabatnya itu.
Memakan waktu 30 menit sampai Ninda akhirnya bisa memahami cerita Nia. Nia
harus mengulangnya sampai berkali-kali. Bukannya Ninda telmi, tapi lidah Nia
yang kerap kali berbicara terlalu cepat sehingga Ninda sulit untuk
mendengarnya.
“ Itu kan impian lo Ni! Nggak mungkin lo tolak kan? “
akhirnya kalimat tanggapan pertama keluar dari mulut Ninda.
“ Nah, gue juga berpikir nggak mungkin nolak dia. Tapi
kalau dia gue terima... “ jawab Nia setelah menyeruput smoothies strawberry
yang ia pesan.
“ Gimana kalau lo pacarannya diem-diem aja Ni! Lagian,
kalian LDR-an kan? “ saran Ninda. “ ya. Iya, kita emang LDR-an. Tapi,
masalahnya kan abang gue dah ngerti Nin! “ wajah Nia mulai nggak sante ketika
membicarakan abangnya.
“ ah, tapi abang lo kan nggak tau lo nerima dia, apa
enggak. “ sahut Ninda dengan mulut penuh cake. ‘ benar juga kata ninda! Bang Enggar kan belum tau kalo gue mau terima,
atau tolak si Fahri! Kenapa gue bingung-bingung sih. ‘ batin Nia. Ia
menyetujui usul Ninda. Sepertinya pertemuan pagi-pagi dengan sahabatnya itu tak
sia-sia. Nia langsung membuka ponselnya yang dari tadi sengaja ia taruh di
kantong paling dalam di tasnya. Nia langsung mengirim sebuah pesan paling
singkat ke Fahri. “ Iya. “ begitu bunyinya.
Sepertinya Fahri telah menunggu pesan dari Nia itu sangat
lama. Tapi, mungkin dia setia memelototi ponselnya. Sehingga, balasan darinya
datangnya pun sangat cepat. “ Beneran Nih? Wah.. kita resmi jadian dong. :D “
begitu isi pesan dari Fahri. Ninda meminta agar Nia mengijinkan ia membaca
pesan-pesan dari Fahri. Nia pun memperbolehkannya. Tak jarang Nia melihat
sahabatnya itu cekikikan, bahkan sampai terpingkal-pingkal saat membaca chat
nya dengan Fahri.
“ Wah.. Pasagan gokil nih kalian! “ gumam Ninda
berkali-kali. Nia memandang Ninda dengan wajah bingung. Ia merasa chat nya
biasa-biasa saja selama ini. Tak ada yang spesial. Tapi, sepertinya Ninda
menganggap itu lain. Nia hanya memicingkan matanya tiap kali ia melihat
sahabatnya itu sampai hampir tersedak membaca chat nya. Seakan akan, mata Nia
itu ingin bertanya, ada apa sih? Tapi, terlepas dari ekspresi Ninda itu, yang
jelas. Hari ini, pagi ini, Nia sangat-sangat bahagia.
***
Sudah jalan satu bulan hubungannya dengan Fahri. Nia
masih menjaga rahasianya rapat-rapat dari semua orang dirumah. Bahkan,
kelihatannya Bang Enggar sudah melupakan kejadian pagi itu. Walaupun Nia tak
yakin bahwa abangnya yang satu ini bisa melupakan sebuah kejadian yang cukup
penting secepat itu. Tapi, yang jelas. Sebulan ini berjalan lancar tanpa adanya
godaan-godaan baik dari bang Enggar, maupun Bang Deni.
Sampai pada suatu pagi, Nia kaget bukan kepalang ketika
membaca pesan dari Fahri yang mengatakan bahwa ia mengajak Nia ketemuan.
Katanya, mumpung dia lagi pulang. Sekolah Fahri Asrsma. Jadi, memang moment-moment
pulang itu sanagat spesial untuknya. Nia yang diyakinkan Fahri berkali-kali
akhirnya mau diajak ketemuan di sebuah kafe yang sudah ditentukan. Tanpa
sepengetahuan Nia, Mamanya membaca pesan dari Fahri itu. Pesan yang mengajak
ketemuan. Mama Nia bukan tipe orang yang mau menegur langsung. Beliau lebih
suka berlagak seperti detektif. Beliau berencana membuntuti putri satu-satunya
itu ke tempat yang sudah Nia dan Fahri sepakati nanti siang.
“Ma, Nia berangkat dulu ya. Mau jalan.. “ pamit Nia
kepada mama-nya yang tengah merajut diruang tamu. “ iya. Hati-hati ni. “ pesan
Mama sambil menyambut jabatan tangan putrinya itu. Beliau benar-benar
berpura-pura tidak mengetahui sama sekali apa yang akan dilakukan putrinya.
Setelah Nia berlalu dengan sepedanya. Dan sudah cukup jauh sehingga tak dapat
terlihat lagi, barulah Mama, Bang Enggar, dan Bang Deni melancarkan rencana
yang Mama susun. Yap. Mereka membuntuti Nia.
“ Sebenarnya Fahri siapa sih Ma? “ tanya bang Enggar
berkali-kali. Namun tak kunjung mendapat jawaban. Mamanya fokus mengemudi. “
seingat aku, Nia nggak punya temen yang namanya Fahri sih. “ sahut Bang Deni
yang duduk di samping Mama. “ Sudah, Nanti juga kita bisa tahu.” Jawab Mama
sigkat.
***
“ Nia? “ tanya seorang anak laki-laki seumuran Nia yang
menghampiri meja dimana Nia duduk. “ Fahri? ” suara ceria Nia yang terdengar
dari meja diamana Mama, dan abang-abangnya duduk. Dari situ, mereka dapat
melihat dengan jelas mata berbinar Nia. Namun wajah anak laki-laki itu belum
terlihat karena ia membelakangi mereka. Tak perlu menunggu lama untuk dapat
melihat wajah teman kencan adik mereka. Karena,Fahri duduk menghadap ke arah
mereka.
Serentak, Bang Deni dan Bang Enggar saling pandang dan
langsung berteriak satu sama lain, “ Oh Dia!” cukup keras. Sampai sampai seisi
kafe melirik kearah mereka. Tak terkecuali, Nia dan Fahri. Mereka berdua
sama-sama menengok ke arah abang-abang Nia ini. Kontan, Mata nia terbelalak
melihat kedua abangnya dan mamanya berada di kafe itu juga. Tangan Mama
menjewer telinga Bang Deni dan Bang Enggar. Karena merasa tertangkap basah, Nia
mengajak Fahri menuju meja tempat Mamanya duduk, dan mengatakan yang sebenarnya
bahwa mereka telah sebulan ini berpacaran.
Setelah mengatakan semua itu, baik Nia maupun Fahri
tertunduk diam. Diluar dugaan, Mamanya tak marah sedikitpun. Malah tertawa
melihat sikap bersalah putrinya itu. “ Jadi, kamu pikir.. Mama akan marah? “
tanya mama Nia dengan tatapan geli. Kedua abangnya yang dari tadi tak henti
menggoda sambil menyenggoli tangan Nia dan Fahri pun ikut heran dengan reaksi
Mama mereka. Nia mengangguk lesu menjawab pertanyaan Mama tadi.
Mama malah terbahak. “ Nia, Fahri, tanpa kalian mengaku
tadi, Mama itu sudah tahu hubungan kalian. Dan Mama, nggak akan melarang
kalian. “ kata Mama sambil menatap Nia dan Fahri bergantian. Baik Nia maupun
Fahri bingung dari mana Mama nya bisa tau. “ Ini, Fahri putranya jeng karen
kan? Mama mu sering cerita hubunganmu dengan putri tante. “ senyum Mama
mengembang setelah mengatakan kalimat tadi.
Diluar dugaan Nia, ternyata Fahri tipikal orang yang
terbuka, yang sering menceritakan hal apapun kepada Mamanya. Yang Fahri heran,
ternyata Mamanya kenal dengan Mamanya Nia. Fahri dan Nia saling berpandangan
dengan heran sebelum setelah itu, mereka mengucapkan terimakasih kepada Mama
yang telah mengizinkan mereka berpacaran. Mama Nia tersenyum, dan kedua abang
Nia seperti biasa menggoda Nia dan Fahri dnegan meneriak-riakkan “CIYEE”
berkali-kali ditelinga adik-adiknya itu.
Siang itu, memang kencan Nia dan Fahri gagal. Tapi,
setelah kejadian tadi, mama malah mengundang Fahri untuk makan siang dirumah.
Dan sejak saat itu juga, hubungan Nia dan Fahri bukan hubungan yang Nia
rahasiakan kepada keluarganya lagi. rasanya, bebas itu lebih tenang, dan
nyaman. Fahri juga makin akrab dengan keluarga Nia. Yah.. walaupun mulut kedua
abangnya tak bisa dibendung jika sudah mulai menggoda Nia, tapi Nia sangat
senang.
Langganan:
Postingan (Atom)