Senin, 21 Desember 2015

Resensi #Egyptology _Rashid Satari

Buku yang telah ditulis oleh tokoh utama dalam berbagai kisah didalam buku ini sendiri merupakan salah satu buku yang meski menurut penulisnya sendiri tidak cukup untuk dikatagorikan dalam genre travelling, karena mungkin tidak begitu menerangkan suatu tempat secara mendetail dan rinci. namun, menurut saya sendiri sebagai pembaca, buku ini cukup hebat dan bisa dimasukkan dalam genre travelling book yang segar dan renyah. tidak membosankan sama sekali. mengandung pelajaran yang ringan namun mengena. #Egyptology merupakan buku pertama yang ditulis Rashid Satari. sebuah buku yang berdasar pengalamannya selama menuntut ilmu di negeri seribu menara, Mesir. yang kita tahu terkenal dengan Piramida, Sphinx, Kisah Nabi Musa a.s, Fir'aun yang kejam, atau mungkin Cleopatranya. namun di cover depan buku ini, Rashid yang kerap disapa chid oleh temannya ini sudah menegaskan bahwa " Mesir Bukan Hanya tentang Nabi Musa, Fir'aun, dan Cleopatra". sampul depan buku ini juga memuat sebuah kesan dari seorang tokoh Muslim Fashion Designer terkemuka Indonesia, Dian Pelangi yang menytakan kesan sebagai berikut
" Kocak, Segar, dan menyentuh! It's a book of inspirations. Unpredictable! Definately must read book!"
cukup menarik perhatian. apalagi dihalaman pertama ketika saya akhirnya memutuskan untuk membeli buku tersebut dan kemudian membuka segel plastiknya, maka cover bisa kita balik dan saya menemukan sebuah quotes dari cendekiawan dunia populer, Albert Einstein yang berbunyi
" Untuk mengenal suatu negeri, kita harus berinteraksi dengan masyarakat dan alamnya. Percuma saja melihat dunia dari balik jendela mobil."
semakin tertarik saya dibuatnya. tak salah pilih. artinya saya telah menemukan sebuah buku yang hebat dengan penjelajahan di negeri Mesir.

Jujur saya katakan bahwa tak sampai satu hari penuh buku ini sudah habis saya baca sampai tuntas. benar saja kesan dan quotes yang tertera di sampul dan halaman pertama tadi. saya setuju dengan masing-masing pendapat tersebut. kocak, segar dan menyentuh. saa mengerti mengapa seorang Dian Pelangi dapat berpendapat demikian. menurut saya pribadi, Rashid Satari sang penulis telah mampu menuliskan memorial pengalamannya di Mesir selama ia menjadi mahasiswa Al-Azhar Kairo dengan bahasa yang santai,lugas, langsung namun tetap dengan alur, penyusunan kata, serta pemilihan kata yang jelas dan menarik. hebatnya lagi, ia mampu memilah dan merangkum berbagai peristiwa yang ia alami selama 6 tahun di Mesir dengan bijaksana. dia lebih memilih cerita-cerita yang ada sisi pembelajarannya. bahkan dalam buku ini, ia membagi menjadi 4 bab, Bagian pertama, sub bab berjudul Perjalanan adalah Pembelajaran. bagian pertama ini merupakan bagian terbesar dalam buku ini. setidaknya 65 % buku ini adalah bagian pertama. bagian kedua, dengan judul Berbeda agar saling kenal. kemudian bagian ketiga, Warna Warni Mahasiswa, disinilah letak banyak humor dan sisi seru penulis ceritakan berdasar pengalaman pribadi dan teman-temannya. Rashid menurut saya seorang penulis yang santun dan menghargai orang lain. ini terbukti dengan beberapa kisah yang ia ceritakan, meskipun ia melibatkan temannya, terkadang ia mengganti nama temannya itu dengan nama samaran yang bukan nama sebenarnya. mungkin ini ia lakukan untuk menjaga nama baik temannya. karena kebanyakan temannya yang disamarkan ini berada di bagian tiga, yang ,mana merupakan bagian gurauan,sebagai penghibur. mungkin disinilah letak kekocakan yang paling kocak. bagian keemmpat, bagian terakhir yang tak lupa penulis dedikasikan untuk tanah air tercinta, Indonesia. meski dibeberapa kisah sang penulis mengemukakan bahwa Mesir adalah Tanah air keduanya setelah Indonesia karena saking jatuh cintanya dia dengan negeri padang pasir ini, namun tampak ini tak mengurangi sedikitpun rasa nasionalismenya terhadap Indonesia. judul bab keempat ini adalah, Bangga Menjadi Indonesia.

Bagian Pertama buku ini seperti halnya judulnya, bahwa perjalanan adalah pembeajaran, banyak mengajak kita mengunjungi berbagai tempat yang mungkin kita belum pernah mengetahuinya berada di Mesir. karena masih banyak lagi tempat-tempat yang tak seterkenal Sphinx, Piramida di Giza, dan makam raja fir'aun, namun merupakan tempat yang tak kalah indah, penuh sejarah dan makna, serta merupakan sumber ilmu yang sayang untuk tak dikunjungi. lewat tulisannya, rashid berhasil membawa imajinasi pembaca melintasi samudera hindia, menuju afrika dibagian tengah, di daerah strategis antara lau tengah dan laut merah, ke tempat yang terkenal dengan sungai terpanjang di dunia, Sungai Nil. Mesir adalah kota gurun yang panas di siang hari dan begitu dingin di malam hari. udaranya terkenal sangat ekstrem. penulis mengajak kita melihat sisi lain mesir dari kacamata seorang mahasiswa mandiri yang sempat tinggal selama 6 tahun disana. ada beberapa kisah yang rashid ceritakan, tentang usahanya untuk menjelajahi Mesir dengan caranya sendiri. ia tak menyukai cara klasik berwisata dengan mendengarkan guide memandu wisata, dan hanya manggut-manggut ketika didongengi tentang sebuah objek wisata. Rashid lebih memilih menerapkan ajaran seniornya yang sejalan dengan Albert Einstein, dimana lebih baik terjun ke masyarakat lokalnya langsung untuk belajar lebih dalam dan saksama tentang mereka. baik itu tentang budaya, bahasa, ataupun bersosial dengan mereka, menyambung silaturahmi. Mesir tentu saja Notabene masyarakatnya muslim, dan berbahasa arab. Rashid adalah mahasiswa Al-Azhar yang dituntut fasih berbahasa arab. meski ternyata di Mesir ini ia menjumpai banyak macam dari bahasa arab.

Salah satu kisah paling menarik yang berada di bagian pertama, tentang perjalanan adalah pembelajaran, berada di sub bab berjudul, belajar dari Qarrun. Qarrun adalah nama sebuah danau di Mesir yang sempat Rashid kunjungi dengan keberuntungan yang ia dapat dari ajakan teman satu kampusnya untuk mengikuti tur sebuah organisasi yang ia kelola. disin, Rashid menuturkan ia amat tertarik dengan danau Qarrun. bagaimana tidak? ia sangat familiar dengan Qarun semenjak kecil. harta karun. harta yang tersembunyi, tertimbun di suatu tempat yang rahasia dan menarikuntuk dicari. sepertinya memang harta karun berasal dari kata Qarrun ini. rupanya danau Qarrun konon katanya merupakan danau yang semula awalnya bukan danau, melainkan sebuah tempat yang menimbun rumah Qarrun, tokoh yang kaa raya di zaman nabi Musa a.s dahulu yang terkena adzab Allah SWT karena kesombongan dan rasa cintanya terhadap harta serta kehidupan duniawi yang berlebih. Allah SWT memberi pelajaran berupa adzab kepada Qarrun dengan menimbun seluruh harta kekayaan dan rumah Qarrun menggunakan tanah yang kemudian tergenang air sehingga nampak seperti danau sekarang ini. itulah mengapa danau ini diberi nama Qarrun.

Bagian kedua, ketiga, dan keempat memiliki daya tarik tersendiri dengan ide-ide sang penulis yang segar dan tidak berlebihan. penulis lebih memilih menulis kisah-kisah yang sekiranya enak dibaca, bermakna, dan ringan serta mudah dipahami pembaca. alur yang digunakan mungkin memang sedikit berantakan antar bab bahkan antar sub bab. maksudnya, disini penulis tidak menceritakan kisah secara urut berdasarkan waktu nya jadi terkadang di bab yanglebih awal, kita mendapati setting waktu itu ditahun 2011, namun kemudian di bab selanjutnya kita diajak melompatbeberapa tahun kebelakang di tahun 2007. mungkin Rashid memang tidak ingin menceritakan kisah yang salaing nyambung dari awal buku sampai akhir. mungkin ia memilih untuk menceritakan bab demi bab, sub bab demi sub bab. namun jangan kaget, meskipun tidak berkesinambungan secara urut, namun isi masing-masing baba dan sub bab akan saling mendukung. mudah saja memang, karena buku ini ditulis berdasar pengalaman nyata sang penulis. jadi meski tidak urut, penulis tak akan kesulitan untuk mendapatkan kisah yang berkesinambungan satu sama lain tanpa urutan yang jelas.

Buku ini sangat inspiratif, kreatif, dan membuka wawasan. membaca buku ini dapat menambah pengetahuan kita tentang budaya dan orang-orang Mesir. bahkan saya jadi tahu bahwa ternyata orang Indonesia disana cukup disegani. ini berkaitan dengan hubungan baik Indonesia-Mesir bertahun-tahun silam ketika Indonesia barus saja memproklamasikan kemerdekaan nya, Mesir lah negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia. hubungan persahabatan presiden Soekarno dengan presiden Mesir saat itu mungkin melatarbelakangi hubungan baik Indonesia -Mesir bahkan hingga saat ini. di katakan Rashid disini bahwa setiap kali orang Mesir lokal yang mengetahui bahwa dirinya berasal dari Indonesia, maka orang mesir itu akan berkata, "Ahsannaz" yang artinya orang terbaik. yap. masyarakat Mesir menganggap Orang Indonesia adalah orang-orang baik dan terbaik di bumi ini. meski begitu, disini kita diajak Rashid untuk mawas diri dan memikirkan kembali apakah pantas predikat membanggakan tersebut kita terima dengan keadaan tanah air yang behkan menurutnya tak sebaik masyarakat Mesir. masyarakat Mesir lebiih cinta damai, dan juga memiliki akhlak mulia. sperti kisah tentang estafet uang didalam bus yang penuh sesak, serta kisah mengalah untuk wanita didalam bus. meski sederhana, sesederhana memberikan kesempatan duduk untuk orang yang lebih lemah, namun ini merupakan praktik kecil kebaikan, akhlak mulia yang sudah lumrah dan mendarah daging di masyarakat Mesir. lantas bagaiman adengan kita? penyandang predikat Ahsannaz.

#Egyptology tampil dengan sampul dan warna yang menarik. kertas yang digunakan adlah jenis kertas kuning yang baik. dihalaman tengah buku ini kita mendapat bonus foto-foto eksklusive koleksi pribadi penulis yang akan mendukung imajinasi kita ketika membaca buku ini. dengan tebal 230 halaman, buku ini relatif tipis sehingga merupakan bacaan ringan yang bisa habis dalam sekali waktu membaca. saya sudah praktik, tak sampai seharian, sudah selesai. kata-kata yang dirangkai dan digunakan penulis adalah kata-kata yang mudah dan renyah. tak sulit dipahami, lugas, dan tegas. simple dan begitu terlihat kalau penulisnya adalah seorang pria. oke. tapi buku ini hebat dan mengandung cukup banyak informasi tentang mesir, patut kita beri label genre travelling. sangat informatif dan mengesankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar